Selasa, 05 November 2013

LAPORAN PENGENALAN ALAT KECEPATAN DAN ARAH ANGIN SERTA ALAT PENGUKURAN CURAH HUJAN



PENGENALAN ALAT KECEPATAN DAN ARAH ANGIN SERTA ALAT PENGUKURAN CURAH HUJAN





DISUSUN OLEH:
R.NENTI  AYUDIA CLARA DEWI
C1M211125
AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012








BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Angin adalah aliran udara yang terjadi diatas permukaan bumi, yang disebabkan oleh perbedaan tekanan udara pada dua arah yang berdekatan. Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh suhu udara sebagai akibat perbadaan pemanasan permukaan bumi oleh matahari. Semakin besar tekanan udara maka semakin kencang pula angin yang akan ditimbulkan. Angin lokal contohnya terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara di dua tempat yang berdekatan seperti di laut dan di darat. Ada 3 hal yang penting menyangkut sifat angin yaitu : kekuatan angin, arah angin, dan kecepatan angin.
Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan udara tekanan tinggi ke tempat yang tekanan udaranya lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin.
Perbedaan tekanan udara menimbulkan aliran udara. Udara yang mengalir disebut angin. Udara mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah.
Hujan merupakan satu bentuk presipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan. Tidak semua air hujan sampai ke permukaan bumi karena sebagian menguap ketika jatuh melalui udara kering. Hujan jenis ini disebut virga.
Hujan memainkan peran penting dalam siklus hidrologi. Lembaban dari laut mnguap, berubah menjadi awan, terkumpul menjadi awan mendung, lalu turun kembali ke bumi, dan akhirnya kambali ke laut melalui sungai untuk menanggulangi daur ulang itu semua.
 Jumlah air hujan di ukur menggunakan pengukur hujan atau omborometer. Ia dinyatakan sebagai kedalaman air yang terkumpul pada permukaan datar, dan diukur kurang lebih 0,25mm. Satuan curah hujan menurt SI adalah millimeter, yang merupakan penyingkatan dari liter per meter persegi.

1.2. Tujuan Praktikum
Mengetahui kecepatan dan arah angin pada suatu wilayah tertentu dengan menggunakan alat pengukur kecepatan angin. dan mengetahui cara penggunaan alat pengukur curah hujan.
 

     
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Hukum gerak menyatakan bahwa sebuah benda yang dalam keadaan diam akan bergerak akan tetap bertahan pada keadaannya. Kecuali ada gaya dari luar yang bekerja terhadap benda tersebut, Oleh karena itunya udara yang tenang akan kembali menjadi (angin) bila ada gaya yang bekerja diatmosfer yang menyebabkan terjadinya keadaan tidak seimbang  (Handoko,1999).
Massa udara yang bergerak disebut angin. Angin dapat bergerak secara horizontal maupun secara vertikal dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa udara adalah perbedaan tekanan udara antara satu tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu bertiup dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke yang tekanan udara lebih rendah. Jika tidak ada gaya lain yang mempengaruhi, maka angin akan bergerak secara langsung dari udara bertekanan tinggi ke udara bertekanan rendah. Akan tetapi, perputaran bumi pada sumbunya, akan menimbulkan gaya yang akan mempengaruhi arah pergerakan angin. Pengaruh perputaran bumi terhadap arah angin disebut pengaruh Coriolis  (Lakitan,2002).
Variasi arah dan kecepatan angin dapat terjadi jika angin bergeser dengan permukaan yang licin (smooth), variasi yang diakibatkan oleh kekasaran permukan disebut turbulensi mekanis. Turbulensi daat pula terjadi pada saat udara panas pada permukaan bergerak ke atas secara vertikal, kaena adanya resistensi dari lapisan udara di atasnya. Turbulensi yang disebabkan perbedaan suhu lapisan atmosfer ini disebut turbulensi termal atau kadang disebut turbulensi konfektif. Fluktuasi kecepatan angin akibat turbulensi mekanis umumnya lebih kecil tetapi frekuensinya lebih tinggi (lebih cepat) dibandingkan dengan fluktuasi akibat turbulensi termal  (Karim,1985).
Curah hujan yaitu jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah bentuk medan/topografi, arah lereng medan, arah angin yang sejajar dengan garis pantai dan jarak perjalanan angina diatas medan datar. Hujan merupakan peristiwa sampainya air dalam bentuk cair maupun padat yang dicurahkan dari atmosfer ke permukaan bumi  (Nasir,1990).
Hujan yang jatuh ke bumi baik langsung menjadi aliran maupun tidak langsung yaitu melalui vegetasi atau media lainnya akan membentuk siklus aliran air mulai dari tempat tinggi (gunung, pegunungan) menuju ke tempat yang rendah baik di permukaan tanah maupun di dalam tanah yang berakhir di laut (Takeda,2005).
Peranan air dalam  kehidupan sngat besar. Mekanisme kompleks kehidupan  tidak mungkin berfungsi tanpa kehadiran air. Bagian terbesar bumi dan makhluk hidup juga terdiri air. Air yang berasal dari hujan merpakan fenomena alam yang paling penting bagi terjadinya kehidupan di bumi. Butiran hujan selain membawa molekul air juga membawa materi yang penting bagi kehidupan seperti pupuk  bagi tumbuhan. Mesikpun  air  hujan sangat penting bagi kehidupan. Namun, di pihak lain Indonesia belum mampu mengamati fenomena banyaknya curah  hujan yang terjadi pada suatu  tempat secara otomatis dan tercatat pada data base. Akibatnya data curah hujan tidak dapat di manfaatkan (Wahyuningsih,2004).




        

BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan tempat praktikum
Praktikum agroklimatologi dilaksanakan pada hari rabu pukul 14.00 WITA sampai selesai pada tanggal 14 november 2012 di Badan Meteorologi dan Geofisika, Kediri Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis,kamera,penakar hujan hilman,penakar hujan observasi,panic penguapan,cup counter anemometer dan anemometer.

3.3. Prosedur kerja
       Adapun cara kerja dalam praktikum ini adalah:
3.3.1. Diamati alat-alat yang digunakan dalam praktikum.
Alat-alat yang diamati yaitu Alat untuk pengukuran kecepatan angin antara lain: Cup Counter Anemometer dan Anemometer dan alat untuk mengukur curah hujan antara lain: Penakar Hujan tipe  Hilman,Rain Water Sampler,Penakar Hujan Observasi dan Panci Penguapan.
3.3.2.  Dicatat hasil dari materi yang telah diamati.
3.3.3. Difoto bahan-bahan yang telah diamati.







BAB IV. HASIL PENGAMATAN
4.1.Gambar Alat-Alat Praktikum dan bagian-agian Alat
4.1.1.Alat pengukuran kecepatan dan arah angin


terdiri dari 3 buah mangkok yang
akan berputar bila tertiup angin.

terdapat angka counter yang
mencatat perputaran mangkok
tersebut,

 
 

Gambar 1.Cup Counter Anemometer

Arah Angin
Kecepatan angin
 
Gambar 2.Anemometer

4.1.2.Alat Pengukur Curah Hujan
Mulut corong penakar hujan
Pias dan silinder jam
Tabung
Bejana plastik
 
Gambar 3.Penakar Hujan  Hilman
Pengukur kandungan air hujan
Solar sel
sensor
 
Gambar 4.Rain Water Sampler
Mulut corong penakar
Kran penutup
 
Gambar 5.Penakar Hujan  Observasi
Hook gauge
Stil well
Floating thermometer maksimum minimum
panci
 
Gambar 6.Panci Penguapan














BAB V. PEMBAHASAN
Semakin tinggi tekanan udara disuatu tempat maka semakin kencang kecepatan anginnya, karena tekanan udara disetiap tempat berbeda-beda yang hingga di pengaruhi oleh penyinaran matahari maka menyebabkan pula suhu berubah. Semakin tinggi suatu tempat dari atas permukaan laut maka suhunya semakin rendah dan semakin rendah pula kecepatan angin yang ditimbulkan.
Hujan merupakan satu bentuk preipitasi yang berwujud cairan. Presipitasi sendiri dapat berwujud padat (misalnya salju dan hujan es) atau aerosol (seperti embun dan kabut). Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah jatuh ke bumi dari awan.
Dalam praktikum ini diperkenalkan berbagai alat untuk mengukur suhu dan iklim tetapi yang difokuskan dalam praktikum ini adalah alat tentang angin dan curah hujan.Berikut adalah alat-alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan arah angin serta curah hujan.
Cup counter Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin selama periode waktu tertentu. Alat ini dipasang disebelah selatan dekat pusat panci, dengan ketinggian 0,5 meter dari permukaan tanah. Alat ini terdiri dari 3 buah mangkok  yang  akan  berputar bila  tertiup angin,   dimana    bagian bawah mangkok terdapat angka counter yang mencatat perputaran mangkok tersebut. Untuk mengetahui kecepatan angin pada periode waktu tertentu dilakukan dengan mengurangi hasil pembacaan pada angka counter saat pengamatan dengan hasil pembacaan sebelumnya, kemudian dibagi dengan periode waktu pengamatan.
Anemommeter berfungsi untuk mengukur arah dan kecepatan angin.Alat ini dipasang pada pipa besi dengan ketinggian 10 meter.Dimana alat ini terdiri dari sensor dan alat penunjuk yang dihubungkan melalui kabel pengamatan untuk menentukan kecepatan angin yaitu dalam knot ( 1 knot =1,8 km/jam).Untuk menentukan arah angin yaitu menekan tombol yang ada pada alat penunjuk dan membaca jarum penunjuk yang menunjukkan arah beberapa derajat (Arah angin 90º = arah timur, 180º = arah selatan, 270º  =arah barat, dan 360º = arah utara).
Alat penakar hujan tipe Hilman .Alat ini digunakan untuk mengatur intensitas,jumlah dan waktu terjadinya hujan.Alat ini dipasang pada ketinggian 120 cm dari permukaan tanah sampai pada kebagian corong penakar yang luas penampang corong penakar yaitu mempunyai luas 200 cm.Pada alat ini terdapat sebuah silinder jam sebagai tempat pemanasan pias,sehingga akan dapat diketahui besar curah hujan maksimum dan minimum serta waktu terjadinya .Prinsip kerja alat ini yaitu air hujan masuk melalui corong kemudian akan terkumpul dalam corong tabung. Dalam tabung ini terdapat pelampung yang dihubungkan dengan tangkai pena,sehingga air yang masuk kedalam tabung akan menekan pelampung,maka pelampung akan naik dan tangkai pena turut bergerak keatas.Gerakan pena tersebut akan mencatat pada pias yabg dipasang pada silinder jam,jika gerakan pena mencapai sekala 10 mm pada pias maka secara otomatis air akan turun melalui pipa siphon dan jatuh kedalam bejana plastik .Air dalam tabung terkuras habis sehingga tangkai pena bergerak turun sampai pena menunjuk skala nol,jika hujan masih turun pena akan naik lagi dan demikian seterusnya.
Rain water sampler merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kandungan air hujan.Alat ini terdiri dari 3 bagian yaitu badan pengukur kandungan air hujan,solar sel yang berfungsi sebagai sumber energy rain water,dan sensor yang merupakan jalan masuknya air.
Alat ini lebih dikenal dengan  nama Penakar Hujan OBS atau Penakar Hujan Manual, sedang di kalangan pertanian dan pengairan biasa disebut ombrometer. Sebuah alat yang digunakan untuk menakar atau mengukur hujan harian.Penakar Hujan OBS ini merupakan jejaring alat ukur cuaca terbanyak di Indonesia. Penempatannya 1 PH OBS mewakili luasan area 50 km2 atau sampai radius 5 km. Fungsinya yang vital terhadap deteksi awal musim (Hujan/kemarau) menjadikannya sebagai barang yang dicari dan sangat diperlukan oleh penyuluh, dan kelompok tani yang tersebar keberadaannya dll. Tujuan akhir pengukuran curah hujan adalah tinggi air yang tertampung, bukan volumenya. Hujan yang turun jika diasumsikan menyebar merata, homogen dan menjatuhi wadah (kaleng) dengan penampang yang berbeda akan memiliki tinggi yang sama dengan catatan faktor menguap, mengalir dan meresap tidak ada.
Panci penguapan yang berfungsi sebagai alat pengukur hujan dan juga berfungsi sebagai pengukur evaporasi/penguapan pada periode waktu tertentu.Alat ini berupa sebuah panci bundar besar terbuat dari besi yang dilapisi oleh bahan anti karat dengan garis tengah/diameter 122 cm dan tinggi 25,4 cm.Panci ini ditempatkan diatas tanah berumput pendek dan tanah gundul,dimana alat tersebut diletakkan diatas pondasi terbuat dari kayu yang bagian atasnya dicat warna putih gunanya untuk mengurangi penyerapan radiasi.Tinggi air dari bibit panci ± 5 cm,bila air berkurang harus segera ditambah agar besarnya penguapan sesuai.
Alat pengukur penguapan tersebut diatas dilengapi dengan alat :Hook Gauge Yaitu suatu alat untuk mengukur perubahan tinggi permukaan air dalam panci,  terdiri dari sebuah batang yang berskala dan sebuah skrup berada pada batang tersebut yang digunakan sebagai pengatur, letak ujung alat berupa pancing sampai tepat menyentuh pada permukaan air panci. Still Well Berupa bejana yang terbuat dari logam (kuningan) yang berbentuk silinder dan mempunyai 3 buah kaki, dimana tiap kaki terdapat sebuah sekrup untuk menyetel/mengatur kedudukan bejana agar letaknya horizontal.Thermometer Air Thermometer air ini adalah thermometer air raksa yang dipasang tegak lurus dengan menggunakan klem, letak bola thermometer dibawah permukaan air, sehingga suhu air dapat dibaca pada saat dilakukan pengamatan.




BAB VI.KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Dari praktikum tersebut diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Dalam praktikum ini diperkenalkan alat-alat suhu dan iklim.
2.      Alat alat yang diperkenalkan antara lain alat tentang pengukuran kecepatan dan arah angin serta alat pengukuran curah hujan.
3.      Alat untuk pengukuran kecepatan angin antara lain: Cup Counter Anemometer dan Anemometer.
4.      Alat untuk mengukur curah hujan antara lain: Penakar Hujan tipe  Hilman,Rain Water Sampler,Penakar Hujan Observasi dan Panci Penguapan.

6.2. Saran
Dalam praktikum ini hanya perkenalan saja tidak ada praktik langsung dengan alat tersebut.Jadi kita tidak memahami secara lebih rinci hanya teori saja.




 

DAFTAR PUSTAKA
Handoko, Ir. 1999. Klimatologi Dasar. FMIPA. IPB, Bogor.
Karim, Kamarlis. 1985. Dasar-dasar Klimatologi, UNSYIAH, Banda Aceh.
Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar KlimatologiI, Raja Grafindo Persada,Null.
Nasir, A. A. 1990. Pengantar Ilmu Iklim Untuk Pertanian, Pustaka Jaya, Bogor.
Takeda, Kensaku. 2005. Hidrologi Pertanian. PT. Pratya Utama, Bogor.
Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan, Jakarta.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar